Biodata almarhum:
Nama: KH Muhammad Zen Syukri
Tanggal lahir: Palembang, 10 Oktober 1919/ 12 Rabiul Awwal
Orang Tua: KH Hasan Syakur dan Nyimas Hajjah Sholhah Azhari
Istri: Sholha
Onah Siddik
KH M Zen Syukri adalah anak bungsu dari pasangan H. Hasan dan Nyimas Hj. Sholhah. Dia dididik di lingkungan keluarga santri. Orangtuanya taak menyekolahkannya ke lembaga kolonial. Oleh karena itu dia belajar di madrasah ibtidaiyah hingga tamat tsanawiyah pada tahun 1935. Semasa tsanawiyah, beliau merantau ke Tebu Ireng, Jawa Timur. Perjalanan panjang ke Tebu Ireng membuat ongkosnya menipis, sehingga beliau harus menjadi buruh di sebuah penerbitan sebagai pemotong koran.
Belum sempat sampai ke Jawa Timur, tepatnya di Tegal, uang sakunya ternyata kehabisan. Beliau pun memanfaatkan nyantri di kabupaten tersebut. Setelah punya bekala pada tahun 1936 dia pun melanjutkan ke Tebu Ireng. Karena tujuannya adalah pesantren Tebu Ireng. Di pesantren tersebut, beliau mengabdi kepada Kiai Hasyim Asy'ari. Sebagai pendatang baru, Aba Zen belum mahir menggunakan bahasa Arab dalam percakapan sehari-hari. Pada suatu ketika beliau pernah ketahuan tidak berbahasa Arab, ia langsung digunduli dan diarak keliling pesantren.Peristiwa memalukan itu pun membuatnya terpacu untuk belajar bahasa Arab lebih tekun.
Sebagai salah seorang santri lulusan Tebu Ireng, apalagi sebagai murid Kiai Hasyim Asy'ari, maka beliau mendapat posisi terhormat di pengurusan NU Palembang. Karena itu, walaupun usianya masih 21 tahun, ia dikukuhkan sebagai sekretaris NU Cabang Palembang.
Sosok ulama ini juga rajin membuat karya tulis. Hampir semua buku karangan beliau berkaitan dengan persoalan fikih tauhid dan tasawuf. Nada tulisannya lebih bersifat mendidik. Adapun karya tulis beliau adalah:
1. Pedoman Puasa
2. Risalah Tauhid
3. Rahasia Sembahyang
4. Melepaskan Diri dari Bahaya Syirik
5. Keimanan kepada Allah
6. Al-Qurbah: Pendekatan Diri kepada Allah
7. Menuju Haji yang Mabrur
8. Qutul Qolbi (Santapan Jiwa)
9. Sejarah Thariqat Sammaniah Berkembang di Palembang
10. Iman dan Menghadapi Maut
11. Cahaya di Atas Cahaya
12. Kumpulan Doa di Tanah Suci
wahh, baru tw kisah sang ustad zen, sampe ke jawa.
BalasHapusSemoga Allah Memberikan tempat yang paling layak, amiin,,
#nice posting,,
aamiin. musibah buat umat Islam itu wafatnya para ulama. yg jd permasalahan, siapa yg bakal menggantikan mereka yg telah wafat ? hmm ....
BalasHapuslampirin semua datanya semasa mengajar di blog biar enak mengenal sosok guru al faqir
BalasHapusAssalamualaikum, boleh izin save foto untuk saya cetak ?
BalasHapus